Laman

Minggu, 30 Desember 2012

Biaoju di Masa Akhir Dinasti Qing


Pada masa akhir dinasti penjajah Qing, rezim banyak memperkejakan para pendekar sebagai Biaoju (biro pengiriman logistik atau agen pertahanan dan keamanan). Keahlian tempur mereka sangat tinggi terutama gaya tempur perorangan. Para Biaoju yang paling terkenal dengan aliran beladirinya yaitu:

BIRO | ALIRAN | NAMA
Huiyou Biaoju | Sanhuang Paochui (Song Yanchao)
Chengxing Biaoju | Liuhe Quan (Li Guanming)
Yuanshuan Biaoju | Liuhe Quan (Wang Zibing (Dadao Wang Wu)
Wantong Biaoju | Xingyi Quan/Baguazhang (Li Cunyi)
Guangsheng Biaoju | Xinyi Quan (Dai Erlu)
Tongxinggong Biaoju | Mian Zhang/Liu Tui/Batang Xin Quan (Wang Zhengqing)
Yuyong Biaoju | Mian Zhang (Zhang Demao)
Changlong Biaoju | Mian Zhang (Zuo Changde)
Xinglong Biaoju | Shen Quan (Zhang Heiwu)
Sanhe Biaoju | Gongyi Quan/Taiji/Liuhe Quan/Xingyi (An Jinyuan)

Bioju rezim Qing. Mereka dibekali senapan yang dipasok dari Barat untuk menghadapi  ancaman "pemberontak"

Seorang Biaoju dalam perjalanannya ke Beijing, dilengkapi dengan Carbine.  Foto ini diambil sebelum tahun 1911
Aliran beladiri yang mereka gunakan adalah aliran Neijia (internal/halus). Mayoritas pengikut aliran ini beraqidah Taoisme, biasa disebut sebagai orang-orang Butong atau Butong Pai. Di masa dinasti Qing, pemeluk Taoisme memiliki kedudukan istimewa, menduduki jabatan-jabatan kenegaraan dan aliran beladiri mereka mendapat keleluasaan untuk berkembang bahkan diajarkan di lingkungan istana. Dahulu di masa dinasti Ming, aliran neijia ini tidak populer dan kurang diminati masyarakat.

Sedang aliran Waijia yang dianut oleh Budha Shaolin dan Muslimin dipersempit geraknya. Biara-biara shaolin dan para biksu dihancurkan dan hanya lima orang master yang berhasil melarikan diri, mereka disebut lima leluhur. Begitu pula masjid-masjid, ulama dan ahli beladiri muslimin turut dihancurkan karena dianggap ingin mendirikan kembali kerajaan Islam Ming.

Selasa, 25 Desember 2012

Beladiri dan Doktrin Aqidah


Dalam seni beladiri, agama memiliki peran penting dalam sejarah pengembangan dan penyebarannya. Agama membentuk pola pikir dan pola tindak selama sesi latihan. Banyak orang mengkonversi agamanya hanya karena seni bela diri mereka tumbuh dari keyakinan lain, atau  minimal terdoktrin. Kung fu misalnya, sejarah awal dan penyebarannya tidak bisa lepas dari agama Budha yang berpusat di biara Shaolin dan Tao yang berpusat di  kuil Wudang (Butong). Bahkan istilah aliran waijia (eksternal/keras) merujuk pada Shaolin Pay yang didasarkan pada doktrin Budha atau doktrin lain yang memiliki akar di India dan aliran neijia (internal/lembut) merujuk pada  Butong Pay sebagai pusat meditasi Taoisme dengan jurus Tai Chi Chuan, Pa Kua Chang dan Hsing-i sebagai mediasi doktrin. 

Sekarang, orang tidak diharuskan berpindah agama basis beladiri ketika ia berlatih namun wajib mengikuti ritual-ritual, mendengarkan ceramah prinsip-prinsip ajaran atau filsafat yang disisipkan pada sesi-sesi latihan yang minimal membentuk suatu sikap menghargai nilai-nilai agama lain. Aqidah Islam mengkatagorikannya sabagai syirkul akbar (syirik besar), dosa yang paling luar biasa besar yang dapat membatalkan keislaman seseorang tanpa ia sadari.

Beberapa perguruan Aikido Jepang misalnya, memasukkan ritual baca mantra yang diarahkan kepada roh Shinto di sesi latihan. Banyak para siswa yang tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi, sebagiannya mungkin bersedia berlatih Shinto tanpa berpindah agama yang sebenarnya bertentangan dengan agama asalnya. Tanpa disadari siswa mengalami praktek-praktek keagamaan. 

Dalam artikel The Annotated Tao of Jeet Kune Do, sebuah review kompilasi catatan Bruce Lee yang berjudul Tao of Jeet Kune Do dikatakan; Jeet Kune Do adalah ekspresi doktrin Tao ortodoks, Buddha dan prinsip-prinsip metafisika Barat. Taekwondo, sebagai beladiri paling banyak dimainkan di dunia dijelaskan dalam wikipedia sebagai: “Gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan, dan filsafat”. Filsafat bangsa Korea dipengaruhi oleh Shamanisme, Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme. Begitu pula banyak perguruan silat Indonesia mempromosikan secara langsung atau tidak langsung ajaran kejawen, doktrin yang berakar dari campuran Hindu-animisme-kepercayaan pada roh-budaya melayu/jawa-Sufisme. 

Perguruan Teratai Mas sejak semula berbasis Islam dengan aqidah Ahlu Sunnah wal Jama'ah merujuk apa yang dipahami oleh salafus shalih, tiga genenasi abad pertama Islam (sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in). Perguruan TM tidak mengajarkan meditasi atau prinsip-prinsip filsafat lain yang bertentangan dengan aqidah Islam serta melarang ikhtilat (bercampurnya laki-laki dan wanita bukan mahram dalam suatu aktifitas bersama tanpa ada batas yang memisahkan antara keduanya). Hingga saat ini, perguruan TM tidak menerima siswa wanita karena ketiadaan guru. TM tidak mengenal tenaga dalam yang mampu menjatuhkan lawan tanpa menyentuhnya.

Satu-satunya kritikan TM yang dianggap bertentangan dengan Islam yaitu penamaan beberapa gerakan dan beberapa jurus dengan nama Naga, sebuah mitos kepercayaan bangsa Cina yang menjadi simbol Shio bermakna kebenaran. Filsafat Cina menempatkan Naga sebagai simbol kekuatan alam dan penjelmaan roh orang suci sebelum masuk surga. Pada tahun 2010, penulis mendengar dari grand master Mbah Din, penamaan Naga akan diganti. Wallahu alam. (Dinukil dari buku Draf Mengenal Seni Beladiri Teratai Mas)

Minggu, 23 Desember 2012

Muslim di China dan Pengaruhnya pada Seni Beladiri Tradisional (2)

Bangsa Hui Sangat Loyal pada Kaisar China


Setelah Mongolia mengambil alih China, membentuk Dinasti Yuan (1279-1368), bangsa asli China membentuk kelompok-kelompok perjuangan pembebasan China. Sebuah pemberontakan petani akhirnya sukses menyatukan bangsa China untuk melakukan perlawanan rakyat semesta. Perjuangan pembebasan ini dipimpin oleh Zhu Yuan Zhang (Hong Wu) rahimahullah yang dengan ijin Allah berhasil menggulingkan pemerintahan Yuan dan mendirikan kekaisaran Ming untuk melindungi bangsa China dengan keadilan Islam. Ibrahim Tien Ying Ma, bekas mufti Peking (Beijing) dan salah seorang pegawai Republik China sebelum China jatuh ke tangan Komunis pada tahun 1949, telah menyatakan bahwa Dinasti Ming itu memang sebuah kerajaan Islam. 

Zhu Yuan Zhang dalam mendirikan kekaisaran Islam China dibantu oleh beberapa jenderal terkenal yaitu Chang Yu Chun, Hu Da Hai, Mu Ying, Lan Yu, Feng Sheng, dan Ding De Xing rahimahumullah. Mereka semua adalah muslim dan sangat ahli kungfu. Chang Yu Chuan menjadi terkenal karena memiliki pasukan tombak dengan taktik baru yang disebut Kai Ping Qiang Fa.

Selama gejolak kembalinya bangsa Mongol ke China menyerang Dinasti Ming, bangsa Han (orang China non muslim) dan bangsa Hui (muslim) berjuang berdampingan melakukan perlawanan. Kisah yang terkenal adalah kerjasama operasi pertahanan antara pasukan Ma Ying Shou rahimahullah dengan Li Zi Cheng (non muslim). Ma Ying Shou digelari oleh bangsa Han dengan “Lao Hui Hui” yang artinya senior muslim dan pasukannya dinamakan “Batalyon Lao Hui Hui”.  Bahkan pasca Manchu berhasil mengendalikan China, bangsa Hui tetap istiqomah melakukan perlawanan untuk mengembalikan China diatas kemuliaan Islam. Pada tahun 1862, seorang mujahid bernama Du Wen Xiu rahimahullah memimpin pemberontakan rakyat Hui di provinsi Yunnan melawan kaisar Mongol Tong Zhi Ching dan menyapu selusin provinsi di barat daya dan barat laut Tiongkok. Pemberontakan muslim yang sukses ini memaksa Dinasti Qing Mongol meminta bantuan pasukan kristen barat untuk memusnahkan Islam dari bumi China selama-lamanya.

Karena bangsa Hui memiliki loyalitas yang kuat pada kekaisaran China, mereka diperlakukan secara kejam dan ditekan setiap kali menunjukkan gejala pembangkangan pada pemerintah Mangol. Siapa saja yang diketahui berkumpul lebih dari tiga orang dengan membawa senjata akan ditangkap dan dihukum berat. Para napi politik di tato wajah mereka dengan tulisan “Hui Zui” (Muslim pemberontak). Stempel ini dimaksudkan untuk mempermalukan sang pejuang, intimidasi untuk melemahkan ruh jihad sekaligus sebagai tanda pihak keamanan untuk mewaspadai yang bersangkutan. Sayangnya, intimidasi ini hanya membuat bangsa Hui lebih ganas untuk melakukan perlawanan dari sebelumnya.

Jumat, 21 Desember 2012

Muslim di China dan Pengaruhnya pada Seni Beladiri Tradisional (1)


Masyarakat Hui


Fakta hanya sedikit orang yang mengetahui, China adalah kampung terbesar kedua bagi kaum muslimin, mereka disebut orang Hui. Selama abad ke 10 (Dinasti Sung 960-1279), bangsa muslim dari Persia dan Arab banyak melakukan perjalanan (safar) ke dan dari China. Akhirnya beberapa orang membuat pemukiman permanen dan bercampur dengan berbagai suku yang mereka temui (China memiliki 55 kelompok suku yang berbeda). Hal ini membuat Islam segera tersebar ke berbagai bagian. Pada abad ke 13, Hui tersebar hampir merata keseantero China tetapi sebagai besar terkonsentrasi di daerah utara khususnya di provinsi Henan, Hebei, Shantung dan Shanxi.

Praktek Baji Quan dalam Sabung
Seni beladiri China merupakan salah satu budaya lokal yang paling prioritas diserap oleh bangsa Hui. Bangsa Hui dikenal sebagai bangsa yang berani dan kuat, melakukan perjalanan panjang dan berbahaya dari Persia (Irak, Iran dan Khurosan) bahkan dari Jazirah Arab. Dengan cepat, bangsa Hui mempelajari dengan tekun seni Wu Shu China Kuno seperti Shuai Chuiao (gulat China), Pao Chuan, Tong Bei Chuan, Liu Ho Chuan, Tai tzu Chang Quan, Baji Quan, Pi Qua Quan dll. Mereka dikenal sangat mendalami seni ini bahkan unggul didalamnya. Akhirnya, mereka mengembangkan gaya Wu Shu mereka sendiri yang unik dan kuat seperti Cha Chuan, Hua Chuan, Tan Tui, Liu Lu Duan Quan, Tui Quan, Yong Chan Quan dll dengan mengasimilasi berbagai aliran kungfu utara. 

Sebelum senjata api ditemukan, wu shu adalah sarana tempur dan pertahanan diri utama di China. Para imam bangsa Hui menyeru kepada rakyatnya untuk belajar kungfu sebagai pengamalan Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam rangka membantu dorongan disiplin dan keberanian selama perjuangan mereka untuk mengeluarkan penghambaan kepada sesama hamba menjadi penghambaan kepada rabbnya hamba, dari sempitnya dunia menuju keluasan dunia akhirat, dari penyimpangan agama-agama menuju keadilan Islam. Bahkan hingga saat ini dimasa kekuasaan komunis, bangsa Hui berkumpul di masjid-masjid dan menggelar kontes kung fu secara terbuka untuk merayakan hari Ied.

Rabu, 19 Desember 2012

Tan Tui; Sistem Tempur Muslim Tiongkok


Salah satu sistem tempur di China adalah Cha Chuan (jurus Cha) yang dikembangkan oleh seorang tentara muslim (mujahid). Imigran muslim telah tinggal di China selama lebih dari 1000 tahun. Mereka masuk terutama pada masa dinasti Sung (960-1279 atau sezaman dengan kekhilafahan Abbasiyyah bani Buwaih, Saljuk dan Abbas). Di China mereka disebut sebagai orang Hui, populasi mereka terkonsentrasi disekitar Henan, Hebei, Shanxi dan Shantung di China Utara.

Meskipun mereka berhasil membentuk komunitas yang kuat dan berpengaruh di China terutama dalam meningkatkan ekonomi China dengan melakukan perdagangan yang jujur, mereka tetap dianggap sebagai pendatang. Sebagai tindakan integrasi dengan masyarakat setempat dan juga perlindungan, mereka mengambil studi tentang seni beladiri Tiongkok bahkan mencapai tingkat prestasi yang unggul. Karena perbedaan budaya yang mencolok dari penduduk asli (mengenakan songkok putih, tidak memakan daging babi, arak dan melakukan ibadah yang berbeda), mereka sering terjebak ditengah-tengah. Bak bola ping pong politik yang dilempar kesana kemari, mereka segera mengembangkan kesadaran bahwa mendalami beladiri merupakan aset penting.

Kemudian hari, mereka mengembangkan sendiri sistem kungfu seperti Cha Chuan dan Tan Tui (Dan Tui/ Dan Dwe). Mereka tidak hanya mengembangkan keahlian kungfu untuk pertahanan individu, tetapi sering kali menempati posisi penting di tubuh militer sebagai pasukan muslim dan menunjukkan keberanian luar biasa dalam membantu Kaisar untuk mengusir invansi penjajah. Misalnya eskpedisi militer yang akhirnya mengusir Mongol dari kendali China dan menggantinya dengan Daulah Islamiyah Ming (Kerajaan Islam Ming).  

Bangsa Mongol menguasai China ditangan Kublai Khan, cucu Jengis Khan semenjak tahun 1271-1368 (97 tahun). Kaum muslimim menjadi pioner pembebasan bangsa Han (bangsa Tiongkok) dari penjajahan bangsa barbar Mongol dengan pemberontakkan terorganisir yang dipimpin oleh para panglima muslim seperti Chang Yu Chun (pencipta jurus tombak terkenal Ka Pin), Hu Da Hai, Mu Ying, Lan Yu,  Feng Sheng dan Ding De Xing rahimahumullah. Mereka semua adalah mujahidin (prajurit Islam/pasukan jihad) yang sangat ahli beladiri Tiongkok.

Setelah bangsa Mongol datang kembali ke China dan menghancurkan dinasti Islam Ming, orang-orang Mongol melakukan balas dendam terhadap kaum muslimin dengan memberlakukan undang-undang dan hukum yang keras dalam membatasi hak-hak mereka untuk memiliki senjata, berkumpul, berpendapat, beribadah, berdakwah dan berlatih beladiri. Para napi muslim sering kali di cap  ubun-ubunnya dengan label bertuliskan “Hui Zui” (muslim si pemberontak). Kaum muslimin mengalami penindasan ini dalam waktu lama bahkan setelah dinasti Qing Mongol menyerahkan tahtanya kepada Inggris dan kemudian menjadi RRC (Republik Komunis China).

Sistem Cha Chuan menjadi sistem yang sangat berpengaruh di Tiongkok, namun Cha Chuan bukan satu-satunya sistem tempur yang diciptakan oleh para mujahid China. Selain Cha Chuan terdapat sistem lainnya yang diciptakan atau dikembangkan seperti:

Jiao Men 
Xing Yi (aliran Hubei dan Henan)
Hua Chuan
Baji Quan
Pi Qua
Liu He
Tong Bei 
Aliran Thifan dll

Cha Chuan diciptakan oleh prajurit muslim bernama Cha Shang Mir (Chamir/Samir) rahimahullah yang akhirnya menjadi nama jurus Cha dari transliterasi Chamir. Kemudian Cha Chuan dikembangkan menjadi jurus Tan Tui yang populer di China Utara bahkan menjadi standar aliran kungfu utara. Bukan hanya diciptakan oleh seorang muslim, lebih dari itu asal jurus Dan Tui memiliki 28 tahap yang mewakili 28 karakter alfabet hijaiyah.

Tinju Tan Tui Gaya Teratai Mas
Tan Tui diciptakan sekitar 400 tahun yang lalu atau diakhir masa dinasti Islam Ming ketika menghadapi gempuran mongol. Tan Tui adalah beladiri yang diajarkan dikalangan militer dinasti Ming akhir. Disebarkan untuk kalangan sipil oleh jenderal muslim bernama Hua Zong Qi rahimahullah. Saat itu jenderal Hua jatuh sakit karena berjihad. Ia kemudian ditinggalkan untuk dirawat oleh para petani di desa XinJiang. Setelah sembuh, ia mengajar jurus Tan Tui kepada masyarakat sebagai rasa terima kasih. 

Tan Tui bukan hanya landasan dasar untuk pemantapan pengembangan beladiri namun juga merupakan gaya tempur yang praktis dan reasional penyerapan dari berbagai jurus lainnya. Dalam perjalanannya, Tan Tui berkembang menjadi tiga cabang keluarga yaitu Zhang, Li dan Yang serta disederhanakan menjadi 10, 12 atau 14 tahap. Wallahualam bishowab. (Diterjemahkan dengan perubahan dari About Cha Chuan And Muslim Systems http://www.usadojo.com/styles/about-cha-chuan.htm)

Minggu, 16 Desember 2012

Sejarah Akar Aliran Kung Fu Internal dan Eksternal (3)


Perbedaan Fundamental antara Neijia dan Waijia


Karena Neijia dikembangkan dari Waijia maka ada banyak kesamaan. Beberapa orang bahkan menyalahkan untuk memisahkan keduanya. Tetapi jika kita melihat lebih dalam pada prinsip-prinsip dan keterampilan dari kedua aliran ini, kita akan menemukan perbedaan signifikan untuk tetap memisahkan keduanya menjadi dua aliran yang berbeda.

Memisahkan Neijia dan Waijia cukup masuk akal dan akan memudahkan mempelajari proses pengembangan seni beladiri China. Tanpa memahami perbedaan ini, kita tidak bisa benar-benar memahami sejarah seni beladiri China secara mendalam. Analisis berikut menyoroti beberapa perbedaan utama antara kedua aliran.

Filsafat: Budha atau Taoisme


Di China, filsafat tradisional selalu memberikan pengaruh yang mendalam dalam semua aspek kegiatan. Setiap hal tinggkat tinggi harus memiliki landasan filosofi. Seni beladiri juga dikembangkan dengan cara yang sama. Ketika praktisi ingin mencapai keterampilan ketingkat yang lebih tinggi, mereka mulai menggunakan beberapa ide filsafat untuk melengkapi prinsip pelatihan mereka.

Biasanya orang menyebut Waijia berarti aliran Shaolin, karena mayoritas aliran ini berhubungan dengan Shaolin bahkan masyarakat berpikir sumber asli aliran ini berasal dari kuil Shaolin. Jadi filosofi dasar Waijia cenderung mengikuti Buddhisme. Sedang gaya Neijia disebut gaya Wudang (bahasa Hokkian: butong), karena hampir semua aliran Waijia cenderung mengikuti Taoisme dan Wudang Shan (gunung Wudang) adalah tempat suci terkenal bagi Taoisme. Alasan lainnya adalah penghormatan kepada master Tio Sam Hong yang menurut mereka pendiri aliran ini. Master Tio Sam Hong diyakini telah mempraktekkannya selama bertahun-tahun di gunung Wudang. 

Meski Waijia dan Neijia mengikuti filosofi yang berbeda, ada banyak kesamaan antara mereka. Di China, sekte Budha yang paling populer adalah sekte Chan. Kuil Shaolin diakui sebagai tempat asal sekte Chan. Ide dasar sekte Chan adalah campuran dari Budhisme asli dan Taoisme, hal ini menunjukkan bahwa sekte Chan mencakup beberapa ajaran Taoisme. Disisi lain, sekte Taoisme yang paling terkenal adalah sekte Quan Zhan dengan gagasan utama meleburkan tiga doktrin Tao, Budha dan Konghucu dalam satu ajaran. Tio Sam Hong dikenal sebagai biksu sekte Quan Zhan. Faktor-faktor ini mungkin telah menghasilkan kesamaan aqidah antara Waijia dan Neijia.

Bahkan ada beberapa gaya yang menghimpun dua karakter Waijia dan Neijia yang membuat pemisahan antara Waijia dan Neijia menjadi tidak jelas. Sebagai contoh, jurus Tongbei biasanya dianggap sebagai aliran Waijia tetapi mengikuti filsafat Tao dan menggabungkan prinsip-prinsip internal. Contoh lainnya adalah beberapa master jurus Xingyi dari Shanxi menganggap Xingyi  termasuk cabang dari aliran Shaolin bukan Wudang karena Ji Jike (seorang pengembang Xingyi) pernah belajar di kuil Shaolin selama sepuluh tahun ketika ia masih muda.

Untuk menghindari kesalahpahman umum, perlu dimengerti bahwa dalam menunjuk Waijia dan Neijia berasas Budha atau Tao mengacu pada prinsip aqidahnya/doktrinnya/filsafat dan bukan pada agama beserta ritual ibadahnya secara utuh. Di China, filsafat dan agama biasanya dicampur sekaligus. Misalnya, agama Tao menggunakan Tao sebagai prinsip dasar filsafatnya, tetapi ketika orang menggunakan filosofi Tao bukan berarti mereka menganut agama Tao. Dalam Islam pemahaman seperti ini tetap disebut syirik, hanya kita berusaha memahami bahwa suatu aliran beladiri hampir pasti dibangun diatas sebuah pemahanan suatu aqidah atau bahkan dibangun diatas sebuah aqidah beserta ibadahnya secara utuh.

Prinsip Dasar Pelatihan: Meningkatkan Kemampuan Alami Manusia atau Mengubahnya


Pendekatan praktek Waijia adalah untuk meningkatkan kemampuan alami manusia. Asas kemampuan dasar untuk pertempuran yaitu kecepatan, kekuatan, reaksi natural (normal). Semua keterampilan mengikuti kemampuan ini. Manusia ingin memaksimalkan kecepatan dan kekuatan. Pelatihan Waijia dirancang dan dikembangkan berdasarkan pada reaksi alami tubuh, yang sering disebut gerakan fisik eksternal. Masyarakat lebih mudah menalar latihan aliran ini.

Sedangkan praktek Neijia adalah untuk mengubah kemampuan alami manusia. Praktisi Neijia menganggap, mengubah kemampuan alami manusia jauh lebih penting daripada untuk meningkatkannya. Praktisi Neijia ingin segera menjadi cepat dan kuat dengan metode relatif. Mereka juga ingin mengubah reaksi alami mereka dengan pelatihan yang diarahkan oleh pikiran yang sering disebut sebagai gerakan internal atau tenaga dalam. Meskipun ada beberapa praktik di Neijia untuk meningkatkan kemampuan manusia dengan latihan fisik (bukan hanya mengubah dengan latihan internal) namun hanya dijadikan sebagai latihan sekunder. Jadi dalam aliran ini, ada pelatihan yang tidak tampak dan tidak jelas, bahkan terlalu sulit bagi masyarakat untuk memahami.

Sangat penting untuk memahami perbedaan penekanan pelatihan dari kedua aliran ini karena banyak keterampilan dan istilah teknis yang sama tetapi berbeda maknanya. Jika seseorang tidak memahami perbedaan ini akan membingungkan dalam menganalisa keduanya. 

Pelatihan tingkat tinggi Waijia juga mencoba utnuk mengubah kemampuan alami manusia. Begitu pula pelatihan akhir Neijia juga berusaha meningkatkan kemampuan alami manusia. Jadi pada tingkat atas, Neijia dan Waijia saling bertemu yang disebut praktek penyatuan internal dan eksternal. Hanya metode awal pelatihan saja yang berbeda.  

Metode Pelatihan: Dari Luar kedalam atau dari Dalam keluar


Asumsi yang salah menganggap praktisi Waijia hanya melakukan hal-hal eksternal dan praktisi Neijia hanya melakukan olah internal. Praktisi Waijia dan Neijia harus mempraktekkan keduanya. Perbedaannya adalah, mereka menggunakan metode pelatihan yang berbeda. Dikatakan, metode pelatihan Waijia dari luar (wai) ke dalam (nei) sedang metode Neijia dari dalam ke luar.

Pada metode pelatihan Waijia, pertama kali praktisi akan melatih fisik mereka seperti otot, tulang dan kulit. Mereka tidak menekankan pelatihan internal pada tingkatan dasar. Dari cara ini, mereka dapat fokus meningkatkan kemampuan fisik mereka, kemudia pada tingkatan lanjut mereka akan menjalani pelatihan internal seperti shen, yi dan qi (tenaga dalam).

Pada metode pelatihan Neijia, praktisi menekankan latihan internal sejak dasar. Pertama-tama, siswa akan menjalani beberapa pelatihan fisik dasar yang mirip dengan metode Waijia kemudian langsung berlatih latihan internal bersamaan dengan perbaikan fisik. Para praktisi Neijia cendrung memiliki pemahaman; hanya meningkatkan sisi eksternal tanpa memperhatikan sisi internal tidak akan menghasilkan keterampilan tingkat tinggi.

Perbedaan pendekatan metode pelatihan menyebabkan detil pelatihan menjadi sangat berbeda. Memahami perbedaan metode ini akan membantu dalam memahami dua aliran ini. Pada umumnya, masyarakat salah paham bahwa Neijia adalah olah pelatihan tenaga dalam sedangkan Waijia hanya olah pelatihan fisik. Mungkin ini dikarenakan praktisi Neijia banyak melakukan pelatihann internal sedang Waijia banyak melakukan oleh fisik. Akibatnya, banyak orang berpendapat, Neijia merupakan keterampilan tingkat tinggi dari Waijia.

Basic Skill: Menggunakan Eksternal Jing atau Internal Jing


Jing atau kekuatan yang muncul dari hasil latihan merupakan komponen paling penting dalam pelatihan seni beladiri china. Jing adalah kekuatan tapi bukan kekuatan alami. Jing didapatkan dari pelatihan khusus yang ulet. Ada dua jenis jing yaitu wai jing (kekuatan eskternal) dan nei jing (kekuatan internal/tenaga dalam). 

Wai jing akan tampak ketika dilepaskan sedang nei jing tidak tampak. Dalam waijia, orang banyak berlatih menggunakan wai jing, ini adalah kekuatan yang utama sedang nai jing hanya tambahan. Di Neijia, nei jing lebih disukai dan diutamakan sedangakan wai jing hanya tambahan.

Taktik Tempur: Menyerang Dahulu atau Menunggu Serangan


Dalam prinsip pertempuran Waijia adalah bagaimana mengendalikan pertempuran dari awal. Pelatihan serangan dan pertahan Waijia didesain berdasarkan apa yang lawan pikirkan. Praktek dalam sabung, praktisi Waijia berusaha untuk mengambil kontrol lawan yang biasa disebut merebut inisiatif pertempuran.

Prinsip pertempuran Neijia, praktisi harus tetap tenang dan membiarkan lawan mengambil kendali di awal sabung untuk menunggu dan mencari kesalahan yang dibuat oleh lawan. Praktisi Neijia belajar bagaimana mengikuti lawan dan menunggu kesempatan. Kita tidak selalu harus merancang taktik tetapi bagaimana mengetahui kemampuan lawan. Neijia mengajarkan bagaimana untuk terus berubah dalam rangka mengikuti gerakan lawan, diistilahkan dengan “Menggunakan ketenangan untuk pertahanan” dan “Serahkan diri anda untuk mengikuti alur lawan”.

Prinsip tempur Waijia bersifat langsung dan tebang habis. Mereka berpikir, jika semuanya dalam tangan anda, anda dapat mengendalikannya. Jangan pernah memberikan kesempatan lawan untuk mengendalikan anda, ini adalah cara terbaik untuk menang. Prinsip tempur Neijia bersifat tidak langsung dan tidak tebang habis. Mereka berpikir, tidak mudah untuk selalu dapat mengendalikan pertempuran. Jadi jika anda bisa mengetahui kemampuan lawan, maka anda akan dapat mengendalikannya. Biarkan lawan berusaha mengendalikan anda tetapi anda akan mendapatkan kelemahan lawan untuk segera mengambil alih kendali.  Menurut mereka, ini merupakan metode paling aman dan efisien untuk menang dalam pertempuran.

Isu Lain


Ada beberapa masalah lain yang perlu dipertimbangkan ketika membahas bagaimana memisahkan Waijia dan Neijia terutama pada masa rezim dinasti Qing, penjajah Tiongkok dari Manchuria. Politik pada saat itu mengistilahkan, ketika seseorang menjadi biarawan Budha atau menjadi muslim, dikatakan dia pergi keluar dari keluarganya, wai (luar) dan jia (keluarga). Islam dan Budha menjadi musuh politik dan ancaman bagi pemerintahan Qing. Di sisi lain, istana kaisar disebut Da Nei (keluarga keagungan), sehingga segala sesuatu dari istana disebut dengan keluarga dalam. Jika Islam dan Budha menjadi musuh politik, maka Taoisme ditempatkan secara istimewa oleh rezim. Karena itu Taiji, XIngyi dan Baqua diajarkan di lingkungan istana di Beijing dan akhirnya menjadi terkenal. Dengan demikian, karena ketiga jurus ini berasal dari istana maka mereka menyebutnya sebagai aliran dalam, Neijia.

Tentu saja masing-masing kelompok memiliki alasan sendiri untuk menjelaskan gagasan-gagasan mereka. Mencoba untuk memahami berbagai pandangan kelompok yang berbeda dapat membantu memahami sifat Neijia. Diskusi diatas hanya menyoroti beberapa pandangan umum tentang perbedaan antara Neijia dan Waijia.

Meskipun ada beberapa perbedaan antara Neijia dan Waijia, kedua aliran ini tidak dikembangkan secara terisolir, tetapi saling membaur dan saling mempengarui dalam perjalanan waktu. Praktisi dari dua aliran sering bertukar pengalaman, akibatnya pemisahan antara Neijia dan Waijia menjadi kabur atau mungkin bisa dikatakan, garis pemisah yang jelas terletak pada  aqidah.

Beberapa gaya seperti Baji atau Tongbei mungkin mencampur antara Neijia dan Waijia, banyak dari sifatnya yang tumpang tindih. Sehingga sering dikatakan bahwa secara aplikatif Neijia dan Waijia sekarang sudah sangat mirip. 

Sabtu, 15 Desember 2012

Subhanallah... Kungfu Ternyata Bagian Budaya Muslim China

Ilmu beladiri asli China, Kungfu ternyata telah menjadi bagian dari budaya muslim negeri tirai bambu itu. Para muslim China diketahui terlibat dalam perkembangan dan penyebaran beladiri kung fu.

Komunitas muslim di China turut andil dalam membentuk gerakan dasar kungfu. Sebut saja jurus Tan Tui yang diakui sebagai gerakan khas kungfu muslim. Gerakan ini awalnya terdiri atas 28 tahap, mengikuti jumlah huruf hijaiyah. Namun, seiring perkembangan jumlah gerakan dasar dilebur menjadi 10.

Jurus ini diciptakan Cha Shangmir, atau biasa disapa Chamir. Sehingga, sebagian masyarakat menyebut gerakan ini sebagai Cha Chuan yang juga menjadi dasar gerakan wushu kontemporer.

Mayoritas gerakan terdiri atas tinju dan menendang. Gerakan disusun berdasarkan titik pengobatan yang sering digunakan di China. Latihan gerakan secara teratur akan mendatangkan efek baik bagi tubuh. Latihan ini juga bisa membentuk tubuh menjadi lebih lentur dan kuat.

Walaupun dipandang memiliki gerakan kaku, namun Tan Tui berhasil membuktikan kualitasnya. Pada zaman dinasti Ming sejumlah master kung fu, merupakan ahli Tan Tui. Sampai sekarang tan tui masih sering dipraktekkan. (Sumber Republika.co.id)

Kamis, 13 Desember 2012

Sejarah Akar Aliran Kung Fu Internal dan Eksternal (2)


Periode Waktu Kelahiran Neijia 


Dinasti Kerajaan Islam Ming (1368-1644 atau semasa dengan pertengahan pemerintahan Khilafah Bani Abbasiyah hingga pertengahan pemerintahan Bani Utsmaniyah) dan dinasti Qing (1644-1911 atau sezaman dengan pemerintahan Bani Utsmaniyah) merupakan zaman keemasan perkembangan seni beladiri Cina. Sebelumnya, dari dinasti Song (960-1279 atau sezaman dengan pemerintahan Khilafah Abbasiyah) selama lebih dari empat ratus tahun, seluruh negara selalu berperang dan dalam kekacauan. Meski pemerintah tidak mendorong seni beladiri, tapi tetap dikembangkan oleh masyarakat dengan cepat dan luas untuk melakukan pertahanan diri dari kezaliman. Saat itu aliran kung fu tidak dipisahkan secara jelas karena penelitian dan sekolah kung fu tidak berjalan efektif.

Selama pemerintahan Islam Ming, aliran yang berbeda dibentuk dan ketrampilan beladiri dikembangkan secara khusus dan sistematis sebagaimana diterangkan dalam dokumen Jenderal Qi Jiguang berjudul Ji Xiao Xin Shu. Pada saat itu seni beladiri Cina dikembangkan ke tingkat tinggi, keterampilan baru, konsep baru dan ide-ide dikembangkan secara ekstensif. Sekolah-sekolah seni beladiri dan penelitian tentangnya diberi ruang untuk dikembangkan secara maksimal. Agaknya, neijia adalah contoh konsep baru yang dikembangkan pada waktu itu. 

Ketiga dokumen di atas menyebutkan, selama tahun 1500-1700 (Bani Abbasiyah s/d Bani Utsmaniyah) muncul beladiri baru yang disebut jurus Neijia Quan yang dipraktekkan di Ningbo dan Wenzhou wilayah China tenggara. Cerita yang paling populer adalah, Tio Sam Hong (Zhang Sanfeng) seorang biksu Taoisme di kuil Wudang penemu gaya ini. Tokoh berikutnya yang dihubungkan dengan Neijia Quan adalah Wang Zong dari Shanxi kemudian diturunkan kepada Chen Zhoutong yang kemudian turun gunung dikembangkan di kota kelahirannya Wenzhou provinsi Zhejiang. 

Artikel ini menginformasikan secara jelas silsilah Neijia Quan pada waktu itu. Dokumen ini sangat bisa dipercaya karena si penulis Huang Lizhou, adalah seorang sarjana terkenal sedang Huang Baijia adalah mahasiswa yang mendalami jurus Neijia Quan. Mayoritas orang percaya, catatan ini merupakan data akurat tentang pengembangan Neijia Quan dengan pengecualian dari pencipta awalnya yang diragukan. 

Neijia dikembangkan dari Waijia



Umumnya, gagasan baru tidak muncul begitu saja, tapi dikembangkan dari beberapa gagasan lain. Ada kemungkinan, Neijia berasal dari Waijia kemudian berkembang menjadi variasi sendiri. Dikatakan, Shaolin merupakan aliran Waijia tingkat tinggi. Tio Sam Hong atau beberapa master awal lainnya, mungkin belajar Shaolin dan kemudian membuat perubahan dengan konsep baru untuk menciptakan Neijia. Bisa jadi cerita populer ini bukan kisah nyata, yang jelas Neijia sangat mungkin dikembangkan dari Waijia. 

Perbedaan antara Neijia dan Waijia


Neijia membawa beberapa konsep baru dalam pelatihan dan prinsip-prinsip aplikasi. Semua catatan di atas menjelaskan beberapa prinsip yang menggambarkan perbedaan antara Waijia dan Neijia. Sebenarnya, istilah Waijia tidak ada sebelum waktu itu. Ketika konsep Neijia muncul, maka dalam rangka memisahkan dari konsep umum serta mengekspresikan konsep yang berbeda, semua gaya diluar aliran Neijia disebut aliran Waijia. Dengan kata lain, ketika perbedaan konsep Neijia dan Waijia cukup besar, diberikan nama baru untuk membedakan kedua konsep. 

Valid bahwa ada beladiri baru yang disebut seni gaya Neijia Quan yang berkembang pada masa dinasti Ming hingga dinasti Qing yang memiliki prinsip dan konsep sendiri dengan jalur sanad yang jelas meskipun pencipta awalnya tidak jelas. Gaya ini berkembang di utara, tengah dan tenggara China namun tidak populer. Seratus tahun kemudian, gaya ini hilang (meskipun sekarang, tiba-tiba beberapa master mengklaim masih berlatih gaya ini namun tidak ada yang membuktikan jika gaya mereka adalah asli Neijia Quan). 

Meski gaya ini telah musnah, prinsip Neijia masih dikembangkan dalam beberapa jurus lain. Tiga jurus populer yang mewakili prinsip Neijia yaitu Xingyi Quan, Taiji Quan dan Baqua Quan yang dikembangkan untuk mendapatkan konsep serupa dengan Neijia Quan. Biasanya orang berpikir, tiga jurus ini diwariskan dan dikembangkan dari Neijia Quan. 

Pada tahun 1892 di Beijing, dibawah inisiatif ahli Baqua Quan master Cheng Tinghua mengumpulkan beberapa master dari aliran ini dan meleburnya menjadi satu jurus kemudian dinamakan Neijia Quan. Sejak saat itu, secara bertahap orang-orang menerima keputusan ini. Hari ini kita mengenal jurus Neijia Quan modern, yang berasal dari peleburan jurus Taiji, Baqua dan Xingyi bukan jurus Neijia Quan original yang telah hilang. 

Selasa, 11 Desember 2012

Kung Fu, China dan Islam



Sebuah artikel menarik tentang pengaruh Islam pada kung fu dan China yang sangat mengakar yang ditulis oleh Bpk. Faisal dari milist tionghoa-net di Yahoo Group (http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/message/4759). Tulisan ini membuka fakta sejarah yang berusaha disembunyikan, bahwa kaum muslimin berperan penting dan mendorong pengembangan kung fu secara lebih sistematis, detail dan powerful. Bahkan lebih dari itu, beberapa kurikulum kung fu di kuil Shaolin dikembangkan berdasarkan jurus-jurus ciptaan muslimin.

***

Kaum muslimin sudah merambah China secara intensif di zaman khalifah 'Umar ibnul Khattab. Saat itu di China bertepatan dengan periode akhir dinasti Sui (581-618 M) dan permulaan bangkitnya dinasti Tang (618-907 M). Setelah itu China sempat terbagi  menjadi lima dinasti dalam tempo sekitar 60 tahun saja.

Sejak tahun 960 M, muncullah dinasti Song di Utara China, dan setelah invasi oleh tentara Mongol, lahirlah dinasti Song Selatan (1127-1279 M). Selanjutnya muncul dinasti Yuan (1279-1368), Ming (1368-1644) dan terakhir Qing (1644-1911). Qing adalah dinasti terakhir yg didirikan oleh orang-orang Manchu dan dianggap bukan asli China.

Sejak zaman dinasti Sui, jumlah muslimin di China terus bertambah, dan mereka terus membuat komunitas yg dihormati di China. Mereka dihormati karena membawa peradaban baru, mereka rajin serta dikenal bersih dan tidak suka membuat keributan. Muslimin juga dikenal sebagai saudagar yg jujur dalam berdagang, sehingga mereka diterima dengan damai oleh orang-orang China.

Puncak penyebaran Islam di China ada zaman dinasti Song, dan muslimin di China dikenal luas menjadi sebuah suku yg disebut suku Hui (di China sendiri ada sekitar 55 suku). Muslimin juga dengan cepat mengadopsi budaya China yg unggul misalnya teknik produksi kertas dan tentu saja: beladiri yg dikenal dengan "WUSHU" (artinya seni perang).

Muslimin di China dikenal juga loyal terhadap negara, dan benci pada penjajah. Karena itu, ketika Mongol mendirikan dinasti Yuan, banyak pemuka-pemuka muslim bergabung dengan pejuang-pejuang China non-muslim dan berjuang mengembalikan kekaisaran pada keturunan yg berhak. Sehingga muncullah dinasti Ming, yg dipelopori juga oleh para pejuang muslim ahli KungFu semacam Chang Yu Chan, Hu Da Hai, Mu Ying, Lan Yu, Feng Sheng, dan Ding
 De Xing.

Saat itu, aliran KungFu Shaolin dikenal hebat dalam pertarungan perorangan, sementara aliran KungFu Muslim, dikenal tangguh dalam pertempuran pasukan besar. Para master KungFu muslim juga dikenal pencipta beragam senjata tempur jarak jauh, seperti Chang Yu Chan seorang muslim Hui yg menciptakan teknik perkelahian tombak (spear fighting). Teknik ini bahkan masih diserap dan dipertandingkan dalam kejuaraan Wushu Modern.

Di jaman dinasti Ming, banyak jendral perang yg diangkat dari kalangan Muslimin. Mereka memperoleh kedudukan tinggi karena mereka memang layak. Mereka juga menyempurnakan banyak teknik KungFu, sehingga siapapun yg mempelajari sejarah dan teknik KungFu tidak bisa menyepelekan pengaruh muslimin dalam berbagai aliran KungFu yg ada sekarang. Di antara jendral perang muslim itu ada juga yg diutus ke Indonesia ketika pertikaian dengan Singosari. Ia menetap dan meninggal serta dikuburkan di Jawa.

Ketika akhir masa dinasti Ming, dan permulaan bangkitnya dinasti Qing, mulailah masa2 suram bagi muslimin di China. Dinasti Qing adalah berasal dari Manchuria, berbeda dengan dinasti Ming yg asli orang suku Han di China. Sudah menjadi watak muslimin dimanapun untuk tidak mendukung kezaliman, maka muslimin di China juga lebih loyal pada dinasti Ming dan melawan terhadap dinasti Qing. Jendral2 besar muslim seperti Ma Shou Ying, bekerjasama dengan Li Zi Cheng, mengadakan pemberontakan terhadap
 dinasti Qing.

Dinasti Qing melihat ada dua kekuatan besar yg harus dihancurkan: Shaolin dan Muslimin. Shaolin lebih mudah dikalahkan karena terpusat pada dua kuil besar di utara dan di selatan. Kedua kuil ini akhirnya dihancurleburkan. Beberapa master Shaolin lari dan menyebar ke seantero China, dan menutupi identitas mereka. Mereka tetap mengajarkan KungFu dibawah nama keluarga, seperti Hung Hei Kun yg membawa aliran Hung Gar Kuen.

Muslimin lebih sulit ditaklukkan karena mereka mahir berperang dalam skala besar, dan mereka tidak terpusat pada satu masjid tertentu. Demikianpun, dinasti Qing mengeluarkan kebijakan untuk menghancurkan masjid2 dan membunuhi imam2nya. Muslimin dikejar2, dan akses mereka di sektor perdagangan pun dibatasi habis2an. Mereka tidak boleh lagi berlatih KungFu di masjid2 maupun dalam komunitas mereka. Sampai2 setiap muslimin dicap kepalanya dengan tulisan "Hui Zui" (penjahat Hui).

Namun demikian di tahun 1862, Du Wen Xiu, seorang pemimpin muslim di propinsi Yunan, melakukan perlawanan dan mampu merebut lusinan provinsi di utara dan di selatan China, padahal saat itu tidak ada lagi perlawanan atas bengisnya Kaisar Tong Zhi. Peristiwa ini juga membuat muslimin di akui sebagai pejuang sejati oleh rekan2 pemberontak lain yg non-muslim.

Pada saat awal dinasti Qing itulah banyak master KungFu baik dari Shaolin maupun dari kalangan muslimin yg menyebar kemana2 dan menyelamatkan diri sambil meneruskan tradisi beladiri mereka. Mereka menyebar bahkan sampai ke Asia Tenggara dan Nusantara.

Adapun mengenai kontribusi muslimin dalam WuShu atau KungFu, seperti ditulis dalam buku "Jixiao Xinshu" karangan Qi Ji Guang, seorang ahli strategi perang terkenal di masa dinasti Ming. Guang menulis 3 perguruan tombak yg menjadi acuan militer saat itu, yaitu: perguruan keluarga Yang, Ma, dan Sha. Nah, keluarga Ma dan keluarga Sha adalah muslim Hui. Bahkan dari keluarga muslim inilah lahir formasi jurus "Hui Hui Shi Ba Zhou" (18 pukulan tempur Hui). Jurus2 tombak Hui ini masih terus dikukuhkan dalam Seni Wushu Modern saat ini.

Seorang muslim memperagakan
gerakan  jurus Tan Tui
Aliran Tan Tui, Cha Quan, dan Hua Quan adalah tiga aliran terpopuler yg dikenal sebagai KungFu muslim. Hua Quan berasal dari jaman dinasti Tang (618-907), ketika seorang jendral muda muslim bernama Hua Zhong Qi dikirim ke daerah Guanxian (sekarang propinsi Shantung). Di daerah ini sang Jendral luka parah dan dirawat oleh penduduk lokal. Ia kemudian mengajarkan KungFu yg kemudian disebut dengan Da Jia Quan (jurus rangkaian besar). Beberapa tahun kemudian, setelah kembali ke pusat, ia mengirim murid seniornya, yaitu Cha Yuan Yi untuk mengembangkan KungFu di daerah itu. Versi Cha dikenal dengan Xiao Jia Quan (Jurus Rangkaian Kecil).

Da Jia Quan kemudian dikenal sebagai Hua Quan. Dan Xiao Jia Quan dikenal sebagai Cha Quan. Tan Tui (artinya "kaki elastis") lahir di periode yg lebih modern, yaitu jaman dinasti Ming (1368-1644). Kelahiran aliran ini tidak lepas dari tokoh yg bernama Cha Sang Yir, seorang guru ngaji suku Hui yg tinggal di Xinjiang, China Utara. Ia dikenal juga sebagai "Shamir" hidup pada 1568 sd  1644. Shamir dikenal sebagai master KungFu di daerah propinsi Shantung.

Di daerah ini, para biksu Budha dari kuil Long Tam juga belajar Tan Tui  pada master Shamir. Kemudian para Biksu ini mengembangkan sendiri jurus2  yg diperoleh dari master Shamir. Bila master Shamir menetapkan jurus  10-langkah Tan Tui, maka para biksu merumuskan jurus 12-langkah Shantung  Long Tam. Tendangan2 kuil Long Tam rendah, hanya sebatas pinggul atau  lutut. Sementara tendangan2 Tan Tui bisa mencapai kepala atau bahu.

Baik, Hua Quan, Cha Quan, maupun Tan Tui, telah merasuk dalam KungFu  secara keseluruhan. Bahkan KungFu muslim ini menjadi pelajaran wajib  dalam  berbagai perguruan KungFu yg ada di China, walaupun yg beraliran selatan.  Sampai2 dikatakan, dengan menguasai Tan Tui, maka kita bisa menguasai  keseluruhan KungFu China lainnya. Ini dikarenakan basic practice yg ada  dalam Tan Tui diperlukan untuk berbagai latihan KungFu tingkat lanjut.

Kuil Shaolin pun mengadaptasi Tan Tui sebagai latihan rutin mereka. Begitu  melekatnya KungFu muslim ini pada tradisi KungFu di China, sampai2  masyarakat China mengatakan "Kalau Tan Tui mu bagus, maka KungFu mu  pasti  bagus." atau seperti ini: "Dari Nanking sampai Beijing, latihan terbaik untuk kaki bagian bawah, datangnya dari lingkungan agama Islam."

Tan Tui juga menjadi pelajaran wajib di perguruan Jing Wu. Sebuah  perguruan yg didirikan oeh Master Hua Yen Chia, di jaman penjajahan  Jepang  di China. Dalam jaman pemberontakan ini lahirlah seorang pahlawan China  yg  berasal dari Jing Wu dan mahir Tan Tui, yg disebut Chen-Chen.

Wang Zi Ping rahimahullah
Di masa modern ini, dikenal banyak jago KungFu muslim yang mampu  mengalahkan berbagai KungFu aliran lain di China dan sekitarnya. Sebutlah  sebuah nama: Wang Zi Ping (1881-1973), seorang master Cha Quan yg  mewakili  China dan mengalahkan jago2 beladiri luar negeri. Ia juga menjadi wakil  presiden Federasi WuShu China. Sebut pula Chang Wen Quang, salah satu  master Cha Quan lainnya yg pada olimpiade ke-11 di Berlin tahun 1936  hadir  sebagai salah satu undangan khusus sebagai Team Nasional WuShu China. Ia  juga akhirnya menjadi wakil presiden Asosiasi WuShu Nasional di China.

Demikianlah, KungFu muslim telah diasimilasi oleh KungFu China secara  keseluruhan. Dalam pertandingan Wushu modern, KungFu muslim ditempatkan  secara terhormat dalam dua nomor pertandingan dari tujuh nomor yg  dipertandingkan. KungFu muslim diwakili dalam nomor Chang Quan  (Jangkauan  panjang utara) dan Qiang Shu (Senjata Tombak).


Sabtu, 08 Desember 2012

Penempaan Hasta

Lengan hasta yang keras salah satu syarat latihan Dan Tui agar tahan menerima benturan. Penempaan lengan hasta menggunakan metode ngoki yang biasa dilatihakan oleh berbagai aliran kungfu tradisional sebagai pelatihan dasar. Sayangnya hanya sedikit perguruan/aliran beladiri yang masih mempraktekkannya.

Dengan lengan hasta sekeras besi, praktisi beladiri berani melakukan benturan dengan lawan. Serangan diblok dengan hantaman tangkisan, jika tulang lawan tidak terlatih ia akan merasakan kesakitan bahkan bengkak membiru.

Perguruan atau aliran yang masih melatihkan ngoki diantaranya; Teratai Mas, Ngo Cho Kun, Siauw Gok Bu Koan (Siauw Gok Martial Art School) dan Shantung Black Tiger.

Berikut gambar metode ngoki yang diambil dari buku Shantung Black Tiger.



Video ngoki yang dipraktekkan oleh komunitas Traditional Moslem Fighting Arts of Dàn Tuǐ


Video ngoki yang dipraktekkan oleh praktisi Kun Tao


Video ngoki yang dipraktekkan di perguruan Siauw Gok Bu Koan


Jumat, 07 Desember 2012

Sejarah Akar Aliran Kung Fu Internal dan Eksternal (1)


Seni beladiri Tiongkok menikmati reputasi besar, dikembangkan di negara besar dengan kultur budaya yang beragama dan mencatat sejarah panjang. Akibatnya, muncul sekian banyak aliran dan pengembangan dengan ketelitian tinggi selama ribuan tahun. Terdapat sekitar 400 an aliran yang berkembang di Tiongkok, 140 diantaranya merupakan aliran rahasia warisan keluarga. Beberapa aliran telah menyebar jauh dan luas bahkan ke seluruh dunia.

Beladiri Tiongkok dikembangkan dari yang sederhana hingga kompleks, dari level rendah hingga level tinggi, dari keahlian tempur hingga menggabungkan konsep budaya tradisional. Tujuan dari sistem pelatihan seni beladiri tradisional, untuk mencapai keahlian kemampuan beladiri yang efektif, untuk meningkatkan kepribadian dan moralitas dan untuk menjaga kesehatan tubuh.

Apapun aliran beladiri Tiongkok pasti mengikuti satu dasar sama. Jadi dari point ini, banyak orang mengatakan "Seluruh aliran berasal dari satu keluarga". Meskipun dari perspektif ini, banyak (jika tidak semua) aliran ingin mencapai tujuan yang sama terdapat beberapa perbedaan terutama dalam prinsip-prinsip dan metode pelatihan.

Sahdan lima ratus tahun yang lalu ketika garis perbedaan-perbedaan ini menjadi sangat signifikan, orang-orang memisahkan seni beladiri Tiongkok menjadi dua kelompok besar: Neijia atau internal kungfu dan Waijia atau eksternal kungfu. Orang-orang biasanya mengatakan bahwa neijia dan waijia merupakan dua cabang besar seni beladiri Tiongkok, datang dari sumber yang sama tetapi dipraktekkan, diriset dan dikembangkan dengan cara berbeda.Meskipun neijia dan waijia menggunakan konsep yang berbeda, keduanya memiliki keterampilan serupa dan telah mempengaruhi satu sama lain selama bertahun-tahun.

Sejarah Singkat Neijia dan Waijia


Sebelum mempertimbangkan interpretasi pribadi, kita harus memeriksa konsep awal ide ini. Pertama kali, harus digali catatan awal yang membedakan antara internal dan eksternal kungfu.

Dokumen tertulis paling kuno yang membedakan neijia dan waijia diyakini ditemukan dalam tiga artikel yang ditulis diwaktu dan tempat yang berdekatan. Artikel tersebut adalah:


  • "The Tombstone Inscription of Mr. Wang Zhengnan " by Huang Lizhou (1669).
  • "Neijia Quan" ("Internal Fist") by Huang Baijia (1676).
  • "The Biography of Zhang Songxi" in "The Government Records and Annals of Ningbo City" (1683 version?).


Informasi terpenting dari artikel ini ialah:

  1. Periode waktu kelahiran neijia.
  2. Neijia dikembangkan dari waijia.
  3. Perbedaan antara neijia dan waijia.
  4. Deskripsi dari beberapa karakteristik dan fitur neijia.


Rabu, 05 Desember 2012

Dàn Tuǐ


Dàn Tuǐ (Chinese: 弹腿) adalah jurus aliran kung fur utara yang terkenal dan memiliki beberapa versi disebabkan pengaruh penggabungan dari berbagai jurus. Dàn Tuǐ  dapat diterjemahkan sebagai "musim semi".

Jurus yang digabungkan pada Dan Tuǐ diantaranya Belalang Sembah Utara, Changquan, dan Shaolin Utara serta banyak jurus kecil atau sistem lainnya.

Memahami Dàn Tuǐ

Tan Tuǐ terdiri dari serangkaian bentuk, yang menekankan kombinasi serangan tangan,serangan kaki, pertahanan, sikap kuda-kuda dan langkah tempur. Dàn Tuǐ adalah jurus basic yang umumnya digunakan sebagai bentuk dasar untuk pengembangan jurus. Jurus-jurus hasil pengembangan Dàn Tuǐ diantaranya Jurus Praktis Teratai Mas, Jun Chuan Teratai Mas, Cha Quan dan Bei Chang Quan sistem (tinju jauh utara).

Dàn Tuǐ  diajarkan untuk meningkatkan keterampilan berkelahi, keseimbangan, kekuatan, fleksibilitas, dan fokus, dan berisi keterampilan dasar yang diperlukan untuk membentuk skill lanjutan. Pepatah umum di kalangan praktisi bela diri Tiongkok adalah "Jika Dàn Tuǐ  anda baik, kung fu anda akan baik."

Dan Tuǐ berakar di suku Hui, bangsa muslim di utara Tiongkok yang kemudian berkembang di wilayah utara tiongkok lain terutama Shantung, He Bei, Sha'anxi dan Henan. Dàn Tuǐ  memiliki banyak versi dan varian, namun memiliki prinsip yang sama. (dari wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/Tan_Tui dengan perubahan)

Selasa, 04 Desember 2012

Bismillah, blog ini kami luncurkan...

Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahiim, pada tanggal 20 Muharam 1434 / 4 Des 2012 blog Traditional Moslem Fighting Arts of Dàn Tuǐ kami buka sebagai media KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) bagi praktisi muslim Dàn Tuǐ khususnya dan praktisi beladiri serta kaum muslimin pada umumnya.

Blog ini berusaha menggali informasi dan keilmuan jurus Dàn Tuǐ /Tán Tuǐ (baca: Dan Dwe), basic fundamental aliran kung fu utara yang ternyata diciptakan oleh seorang prajurit muslim bernama Chamir (Samir)  dari suku Hui Tiongkok. Semoga dengan media ini, terjalin silaturahmi dan mempererat ukhuwah islamiyah.