Laman

Selasa, 25 Desember 2012

Beladiri dan Doktrin Aqidah


Dalam seni beladiri, agama memiliki peran penting dalam sejarah pengembangan dan penyebarannya. Agama membentuk pola pikir dan pola tindak selama sesi latihan. Banyak orang mengkonversi agamanya hanya karena seni bela diri mereka tumbuh dari keyakinan lain, atau  minimal terdoktrin. Kung fu misalnya, sejarah awal dan penyebarannya tidak bisa lepas dari agama Budha yang berpusat di biara Shaolin dan Tao yang berpusat di  kuil Wudang (Butong). Bahkan istilah aliran waijia (eksternal/keras) merujuk pada Shaolin Pay yang didasarkan pada doktrin Budha atau doktrin lain yang memiliki akar di India dan aliran neijia (internal/lembut) merujuk pada  Butong Pay sebagai pusat meditasi Taoisme dengan jurus Tai Chi Chuan, Pa Kua Chang dan Hsing-i sebagai mediasi doktrin. 

Sekarang, orang tidak diharuskan berpindah agama basis beladiri ketika ia berlatih namun wajib mengikuti ritual-ritual, mendengarkan ceramah prinsip-prinsip ajaran atau filsafat yang disisipkan pada sesi-sesi latihan yang minimal membentuk suatu sikap menghargai nilai-nilai agama lain. Aqidah Islam mengkatagorikannya sabagai syirkul akbar (syirik besar), dosa yang paling luar biasa besar yang dapat membatalkan keislaman seseorang tanpa ia sadari.

Beberapa perguruan Aikido Jepang misalnya, memasukkan ritual baca mantra yang diarahkan kepada roh Shinto di sesi latihan. Banyak para siswa yang tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi, sebagiannya mungkin bersedia berlatih Shinto tanpa berpindah agama yang sebenarnya bertentangan dengan agama asalnya. Tanpa disadari siswa mengalami praktek-praktek keagamaan. 

Dalam artikel The Annotated Tao of Jeet Kune Do, sebuah review kompilasi catatan Bruce Lee yang berjudul Tao of Jeet Kune Do dikatakan; Jeet Kune Do adalah ekspresi doktrin Tao ortodoks, Buddha dan prinsip-prinsip metafisika Barat. Taekwondo, sebagai beladiri paling banyak dimainkan di dunia dijelaskan dalam wikipedia sebagai: “Gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan, dan filsafat”. Filsafat bangsa Korea dipengaruhi oleh Shamanisme, Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme. Begitu pula banyak perguruan silat Indonesia mempromosikan secara langsung atau tidak langsung ajaran kejawen, doktrin yang berakar dari campuran Hindu-animisme-kepercayaan pada roh-budaya melayu/jawa-Sufisme. 

Perguruan Teratai Mas sejak semula berbasis Islam dengan aqidah Ahlu Sunnah wal Jama'ah merujuk apa yang dipahami oleh salafus shalih, tiga genenasi abad pertama Islam (sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in). Perguruan TM tidak mengajarkan meditasi atau prinsip-prinsip filsafat lain yang bertentangan dengan aqidah Islam serta melarang ikhtilat (bercampurnya laki-laki dan wanita bukan mahram dalam suatu aktifitas bersama tanpa ada batas yang memisahkan antara keduanya). Hingga saat ini, perguruan TM tidak menerima siswa wanita karena ketiadaan guru. TM tidak mengenal tenaga dalam yang mampu menjatuhkan lawan tanpa menyentuhnya.

Satu-satunya kritikan TM yang dianggap bertentangan dengan Islam yaitu penamaan beberapa gerakan dan beberapa jurus dengan nama Naga, sebuah mitos kepercayaan bangsa Cina yang menjadi simbol Shio bermakna kebenaran. Filsafat Cina menempatkan Naga sebagai simbol kekuatan alam dan penjelmaan roh orang suci sebelum masuk surga. Pada tahun 2010, penulis mendengar dari grand master Mbah Din, penamaan Naga akan diganti. Wallahu alam. (Dinukil dari buku Draf Mengenal Seni Beladiri Teratai Mas)

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Sungguh artikel yang sangat membangun dan membuka cakrawala dunia bela diri.
    Menurut saya, maaf sbelumnya saya seorang Taoist ( penganut Tao ), ketika latihan Tai Ji Quan, Pat Kua Shang atau Xing Yi pada kenyataannya memang disisipkan ajaran ajaran atau doktrin doktrin dari budaya Tiongkok kuno.
    Tapi doktrin yang disampaikan bukanlah doktrin agama, melainkan kearifan kearifan untuk menghargai mencintai alam dan memelihara segala ciptaan Tuhan.
    Mohon dicatat, aliran Nei Jia dan Wai Jia sudah berumur lebih dari 2.500 tahun dan kearifan kearifan dua aliran tersebut merupakan cara untuk mengenal ketuhanan.
    Dalam agama Tao diajarkan bahwa Tuhan tidak diketahui namanya, maka seorang filsuf tiongkok Kuno, Lao Zi, mengatakan secara terpaksa sebutlah Tuhan itu Tao maha besar, tidak terlihat, tidak berbentuk, MAHA SATU, tolong garis bawahi.
    menurut saya tidak logis jikalau mengatakan bahwa ajaran kuno adalah musrik, sesat, sedangkan pada saat itu orang orang timur 2.500 yang lalu belum mengenal ajaran islam dan Allah. Namun, kearifan kearifan yang disampaikan itulah satu satunya cara untuk membangun kesadaran akan keberadaan Tuhan yang MAHA ESA, MAHA KUASA sekaligus menghindari kesesatan kesesatan.
    misalkan ketika Anda diminta untuk membuat boneka kayu seperti orang lain buat, Anda tidak tahu bagaimana cara orang lain membuat boneka kayu itu. Karena tidak ada yang memberitahu, maka Anda membuatnya dengan cara sendiri. Pertanyaaan saya, apakah Anda sesat ? menurut saya tidak.
    Jadi, dari semua ini, bukan salah, hanya saja Anda perlu telisik lagi ajaran ajaran dan kearifan kearifan kuno. Coba untuk tidak asal membanding bandingkan dengan kitab Al Quran yang sifatnya mampu mengikuti zaman, karena 2.500 tahun yang lalu Al Quran belum Allah turunkan dan orang orang timur pada saat belum mengenal Islam.

    BalasHapus
  3. APA aliran ini Ada sejarahnya?

    BalasHapus